Sunday, January 29, 2012

HAKIKAT MAULID NABI-USTAZ BADRUSALAM


Celebrating Mawlid un Nabi innovation (Eid Milad un Nabi) Prophets Birthday- Sheikh Assim al Hakeem


Ruling on celebrating the birthday of the Prophet

 
Praise be to Allaah the Lord of the Worlds, and blessings and peace be upon our Prophet Muhammad and all his family and companions.
The commands mentioned in the Qur’aan and Sunnah to follow the laws of Allaah and His Messenger, and the prohibitions on introducing innovations into the religion are quite clear. Allaah says (interpretation of the meaning):
“Say (O Muhammad to mankind): ‘If you (really) love Allaah, then follow me (i.e. accept Islamic Monotheism, follow the Qur’aan and the Sunnah), Allaah will love you and forgive you your sins’”
[Aal ‘Imraan 3:31]
“Follow what has been sent down unto you from your Lord (the Qur’aan and Prophet Muhammad’s Sunnah), and follow not any Awliyaa’ (protectors and helpers who order you to associate partners in worship with Allaah), besides Him (Allaah). Little do you remember!”
[al-A’raaf 7:3]
“And verily, this is My straight path, so follow it, and follow not (other) paths, for they will separate you away from His path”
[al-A’naam 6:153]
And the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “The most truthful of speech is the Book of Allaah and the best of guidance is the guidance of Muhammad, and the most evil of things are those which are newly-invented.” And he (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Whoever innovates anything in this matter of ours (i.e., Islam), that is not part of it will have it rejected.” (Narrated by al-Bukhaari, no. 2697; Muslim, no. 1718). According to a version narrated by Muslim, “Whoever doe anything that is not in accordance with this matter of ours (i.e., Islam), will have it rejected.”

THE RULING CONCERNING MAWLID AN-NABAWI

mawlid_qsep

Friday, January 27, 2012

Kenapa Saya Tidak Ikut Merayakan Maulid Nabi

MUAT TURUN (KLIK TAJUK)

Nasihat Bagi Yang Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Dengan Merayakan Maulid

Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Kadang-kadang sebagian kaum muslim yang berpendapat diperbolehkannya memperingati maulid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersandarkan pada beberapa syubuhat (alasan-alasan rancu), diantaranya:
1. Anggapan mereka bahwa peringatan tersebut merupakan bentuk pengagungan terhadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jawaban: “Sesungguhnya pengagungan terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara menta’ati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, mengerjakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, menjauhi larangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan pengagungan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan perbuatan bid’ah atau khurafat atau maksiat.
Para shahabat Nabi Muhammad radhiyallahu ‘anhum adalah manusia-manusia yang paling mengagungkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari seluruh manusia.
Sebagaimana perkataan ‘Urwah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu kepada orang-orang Quraisy:

أَىْ قَوْمِ ، وَاللَّهِ لَقَدْ وَفَدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ ، وَوَفَدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِىِّ وَاللَّهِ إِنْ رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ ، يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – مُحَمَّدًا ، وَاللَّهِ إِنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً إِلاَّ وَقَعَتْ فِى كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ ، فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ ، وَإِذَا أَمَرَهُمُ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ ، وَإِذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوا أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ ، وَمَا يُحِدُّونَ إِلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيمًا لَهُ …،

Artinya: “Wahai Kaum, demi Allah, aku telah mendatangi para raja, Kaisar Romawi dan Kisra serta An Najasyi, demi Allah tidak pernah aku lihat seorangpun dari raja diagungkan oleh para pengikutnya lebih daripada pengagungan para shahabat Muhammad kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Allah, tidaklah beliau meludah kecuali ludah itu ditelapak tangan salah satu diantara mereka (para shahabat), lalu dengan ludah tersebut ia mengusap wajah dan tubuhnya. Dan jika beliau perintahkan mereka maka langsung bergegas mereka kerjakan perintah beliau tersebut. Jika beliau berwudhu-’ mereka hampir-hampir saling membunuh agar bisa berwudhu-’ dari bekas air wudhu-’ beliau. Jika berbicara, mereka merendahkan suara dihadapan beliau. Dan mereka tidak memandang beliau dengan leluasa karena penghormatan kepada beliau”. HR. Bukhari, no. 2731 .
TETAPI, DENGAN PENGAGUNGAN SEDEMIKIAN RUPA MEREKA (PARA SHAHABAT radhiyallahu ‘anhum) TIDAK MEMPERINGATI HARI KELAHIRAN BELIAU shallallahu ‘alaihi wasallam DAN TIDAK BERKUMPUL ATASNYA.

Sunday, January 1, 2012

Hakikat Umur Kita..

Penulis : Al Ustadz Zainul Arifin

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Wahai anak Adam, (masa) siangmu adalah tamumu, maka berbuat baiklah terhadapnya. Karena sungguh, jika engkau berbuat baik kepadanya, niscaya dia akan pergi dengan memujimu. Dan apabila engkau berbuat buruk terhadapnya maka dia akan pergi dengan mencercamu, begitu pula dengan malammu.”
“Wahai anak Adam, injaklah bumi ini dengan kakimu. Sungguh, sekecil apapun dia, pasti bakal menguburmu. Sesungguhnya engkau itu senantiasa sedang mengurangi usiamu, semenjak engkau dilahirkan dari perut ibumu.”
“Wahai anak Adam, engkau dapati pagimu berada di antara dua waktu, yang keduanya tak mungkin meninggalkanmu, yakni bahayanya malam dan bahayanya siang. Sampai engkau mendatangi negeri akhirat, yang bisa jadi engkau datang ke al-jannah (surga) dan bisa jadi engkau ke an-nar (neraka). Maka siapakah yang lebih besar bahayanya daripada dirimu sendiri?”
“Wahai anak Adam, engkau hanyalah (laksana) hari-hari yang setiap kali berlalu satu hari maka hilanglah pula sebagian dari dirimu.”

(Mawa’izh Lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 35)


Merasa Cukup Dengan Allah S.W.T

Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah

Jika manusia merasa cukup dengan dunia, maka hendaknya engkau merasa cukup dengan Allah Subhanahu wata'ala. Jika mereka berbangga dengan dunia, maka berbanggalah engkau dengan Allah Subhanahu wata'ala. Jika mereka merasa tenang dengan orang-orang yang mereka cintai, maka jadikanlah ketenanganmu dengan Allah Subhanahu wata'ala. Jika mereka berusaha mengenal dan mendekati raja-raja dan para pembesar mereka untuk meraih kemuliaan dan derajat yang tinggi, maka usahakanlah mengenal dan mencintai Allah Subhanahu wata'ala niscaya engkau mendapatkan puncak kemuliaan dan derajat yang tinggi.
Sebagian orang yang zuhud berkata:
“Aku tidak pernah mengetahui ada seorang yang mendengar tentang surga dan neraka kemudian waktu yang dia miliki tidak dia gunakan untuk mentaati Allah Subhanahu wata'ala, berdzikir, sholat, membaca al-Qur’an atau berbuat baik.”
Lalu seorang lelaki berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku banyak menangis.”
Orang zuhud tadi berkata, "Sesungguhnya jika engkau tertawa sedangkan engkau mengakui kesalahanmu, maka hal itu lebih baik dari pada engkau menangis namun engkau mengungkit-ungkit amalanmu. Karena orang yang suka mengungkit amalannya, maka amalannya tidak akan naik melampaui kepalanya.”
Maka lelaki tadi berkata, “Berikanlah aku nasihat.”
Orang zuhud itu berkata, “Tinggalkanlah dunia untuk ahli dunia, sebagaimana mereka meninggalkan akhirat untuk ahli akhirat. Jadilah engkau di dunia ini seperti lebah, jika engkau makan, engkau makan sesuatu yang baik, jika engkau memberi makan, engkau memberi makan sesuatu yang baik dan jika engkau jatuh di suatu tempat, engkau tidak akan merusak dan merobeknya.
[Dinukil dari kitab Al Fawaaid Penulis Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Rahimahullah, cetakat Daarul ‘Aqiidah halaman 113]

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...