- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - siri 1
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - siri 2
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - siri 3
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - siri 4
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - Siri 5
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetepkan Aqidah - Siri 6
- Manhaj Imam Syafie Dalam Menetapkan Aqidah - Siri 7
Manhaj Salaf - Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه أجمعين، أما بعد .Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du.
Saturday, March 31, 2012
MANHAJ IMAM SYAFIE DALAM ITSBAT AQIDAH - USTAZ BADRUSALAM
ADAB-ADAB BERBICARA BAGI WANITA MUSLIMAH..
Wahai saudariku muslimah………
1) Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta'ala berfirman:
” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).
Artinya:
"Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia ". (An nisa:114)
Dan ketahuilah wahai saudariku,semoga Allah ta'ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.
"عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” (ق: الآية 17-18)
Artinya:
"Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qaaf:17-18).
Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.
1) Bacalah Al qur'an karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti.
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق ورتّل كما كنت ترتّل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها رواه أبو داود والترمذي
Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:
dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.
HR.Abu Daud dan AtTirmidzi
2) Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” كفى بالمرء كذباً أن يتحدّث بكل ما سمع “
Dari Abu hurairah radiallahu 'anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan."
(HR.Muslim dan Abu Dawud)
1) Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta'ala berfirman:
” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).
Artinya:
"Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia ". (An nisa:114)
Dan ketahuilah wahai saudariku,semoga Allah ta'ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.
"عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” (ق: الآية 17-18)
Artinya:
"Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qaaf:17-18).
Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.
1) Bacalah Al qur'an karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti.
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق ورتّل كما كنت ترتّل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها رواه أبو داود والترمذي
Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:
dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.
HR.Abu Daud dan AtTirmidzi
2) Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” كفى بالمرء كذباً أن يتحدّث بكل ما سمع “
Dari Abu hurairah radiallahu 'anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan."
(HR.Muslim dan Abu Dawud)
Monday, March 26, 2012
Tuesday, March 20, 2012
Monday, March 19, 2012
ISTIQAMAH
Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan akan datangnya fitnah yang bergelombang yang silih berganti menghampiri orang yang beriman, beliau memerintahkan agar senantiasa istiqamah, beliau bersabda,
وَإِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهَا وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلَاءٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنْ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan sesungguhnya umat ini dijadikan keselamatannya pada generasi awalnya, dan generasi akhirnya akan ditimpa bala’ dan perkara-perkara yang kamu ingkari, dan datanglah fitnah yang menjadikan fitnah sebelumnya ringan dibandingkan fitnah setelahnya. Datanglah fitnah lalu si mukmin berkata, “Inilah yang akan membinasakanku”. Kemudian fitnah itu pergi, lalu datang lagi fitnah, si mukmin berkata, “Inilah yang akan membinasakanku…”. Barang siapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, hendaklah ia mendatangi kematiannya dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhirat…” (HR. Muslim)[1]
Ketika kematian datang dan seseorang dalam keadaan beriman kepada Allah Ta’ala yaitu istiqamah di atas jalan yang lurus yang telah Allah pancangkan untuk hamba-Nya, dan menggigitnya dengan gigi geraham sampai ia bertemu dengan Allah Rabbul ‘alamin. Dan tidak mungkin seorang hamba dapat bertemu dengan Allah dalam keadaan beriman kecuali dengan istiqamah, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami Adalah Allah”. Kemudian beristiqamah, maka Malaikat akan turun kepada mereka (ketika matinya): “Jangan kamu merasa takut dan jangan kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat : 30)
Istiqamah di akhir zaman amatlah berat disebabkan fitnah yang dahsyat sampai-sampai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa orang yang bersabar memegang agamanya di zaman fitnah bagaikan memegang bara api yang panas. Oleh karena itu, seorang hamba yang menginginkan keselamatan hendaklah berusaha mencari jalan agar senantiasa dapat sabar beristiqamah di atas sunah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Keutamaan Malu
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan bahwa malu hakikatnya adalah akhlak yang mengantar seseorang untuk meninggalkan kejelekan dan menghalanginya mengurangi hak-hak orang lain.”
Kami telah meriwayatkan dari al-Qasim al-Junaidi rahimahullah, ia berkata, “Malu adalah memerhatikan nikmat-nikmat (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan menganggap dirinya kurang (mensyukuri nikmat-nikmat tersebut). Dari keduanya terlahir rasa malu.”Ummu Abdillah al-Wadi’iyyah hafizhahallahu ta’ala berkata, “Malu adalah salah satu akhlak yang utama. Ia merupakan perhiasan manusia. Hilangnya rasa malu akan menyebabkan segala macam
keburukan, sehingga terjadilah pertumpahan darah, dinodainya kehormatan manusia, dilakukannya perbuatan-perbuatan keji, tidak dihargainya orang-orang tua, dan campur baurnya laki-laki dengan para wanita. Para wanita keluar sembari menampakkan perhiasan dan berdandan, bepergian tanpa
mahram. Hilangnya rasa malu juga akan menyebabkan al-haq hanya didengar namun selanjutnya ditolak.”
Al-Imam al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Lima tanda celakanya seseorang adalah kerasnya hati, mata yang tidak bisa menangis, sedikitnya rasa malu, cinta dunia, dan panjang
angan-angan.” (Nashihati lin Nisa’, hlm. 196-197)
Sumber: Majalah Asy Syariah no. 62/VI/1431 H/2010, hal. 1, rubrik Permata Salaf.
Subscribe to:
Posts (Atom)