Manhaj Salaf - Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه أجمعين، أما بعد .Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasul termulia, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya. Amma ba'du.
Saturday, August 31, 2013
Sunday, August 18, 2013
Tuesday, August 13, 2013
SEJARAH TASBIH DAN HUKUMNYA
Dzikrullah, merupakan amalan yang sangat dianjurkan oleh Allah Jalla
Jalaluhu dan RasulNya, dan diperintahkan untuk melakukannya
sebanyak-banyaknya, sebagaimana firmanNya, artinya: Hai orang-orang yang
beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya. [Al Ahzab : 41]
Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
"Rasulullah selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap kesempatannya". [HR Bukhari dan Muslim].
Dzikir dibagi menjadi dua. Pertama, dzikir mutlaq. Yaitu dzikir yang
tidak terkait dengan waktu, jumlah, tempat dan keadaan. Semua perbuatan
dan perkataan yang bisa mengingatkan seseorang kepada Allah Jalla
Jalaluhu, termasuk dalam dzikir jenis ini, seperti: membaca Al Qur’an,
menuntut ilmu, dan lainnya. Seseorang bisa melakukan dzikir kapan saja,
berapapun jumlahnya selama tidak bertentangan dengan hal-hal yang sudah
ditetapkan dalam agama. Kedua, dzikir muqayyad. Yaitu dzikir yang
terikat dengan tempat, seperti: dzikir di Arafah, di Multazam, ketika
masuk dan keluar masjid, kamar mandi dan lainnya. Atau terikat dengan
jumlah, waktu dan cara. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya juga
terikat dengan tata cara yang pernah dilakukan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Di antara contoh dzikir yang terikat dengan jumlah,
waktu dan cara, misalnya sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam :
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ
وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ
وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
"Barangsiapa yang mengucapkan “subhaanallah” setiap selesai shalat 33
kali, “alhamdulillah” 33 kali dan “Allahu Akbar” 33 kali; yang demikian
berjumlah 99 dan menggenapkannya menjadi seratus dengan “La ilaha
illallahu wahdahu la syarikalah, la hul mulku walahul hamdu wa huwa ‘la
kulli syai-in qadir” (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ),
akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti buih lautan" [HR Muslim
dari Abu Hurairah].
BAGAIMANA CARA RASULULLAH SHALALLLAHU 'ALAIHI WA SALLAM MENGHITUNG
DZIKIR (SUBHAANALLAH, ALHAMDULILLAH DAN ALLAHU AKBAR) TERSEBUT?
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Dzaid, salah satu anggota Majelis Kibaar
Ulama di Saudi Arabia, ketika membahas masalah ini menyebutkan: Sudah
tsabit (jelas dan ada) petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan dan keputusan (taqrir),
bahwa beliau menghitung dzikir dengan jari tangannya, tidak pernah
dengan yang lainnya. Demikian itulah yang diamalkan oleh para sahabat
dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga hari ini.
Dan termasuk perbuatan yang secara turun-temurun dipraktikkan di
kalangan umat, sebagai wujud iqtida’ (percontohan) mereka kepada beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Inilah cara yang sesuai dengan ruh Islam,
yaitu menghendaki kemudahan dan bisa diamalkan oleh semua orang, kapan
saja dan di mana pun tempatnya.[1]
Syaikh Athiyah Muhammad Salim, salah seorang mudarris (guru) di Masjid
Nabawi, ketika membahas cara RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam
menghitung tasbih tersebut, mencontohkannya dengan menggunakan tangan
kanan dan menyatakan: Setiap jari tangan kita memiliki tiga ruas.
Apabila setiap ruas mendapatkan satu tasbih, tahmid dan takbir, kemudian
dikalikan lima, maka akan berjumlah lima belas dan diulangi lagi
sekali, sehingga menjadi tiga puluh, kemudian ditambah dengan satu jari
hingga berjumlah tigapuluh tiga kali. Dan ini, selaras dengan hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ
تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ
وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ
يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى.
"Setiap pergelangan salah seorang dari kamu adalah shadaqah, setiap
tasbih shadaqah, setiap tahmid shadaqah, tahlil shadaqah, takbir
shadaqah, mengajak kepada kebaikan shadaqah dan mencegah dari
kemungkaran shadaqah dan semua itu cukup dengan dua raka’at dhuha". [HR
Bukhari dan Muslim].
Beliau (Syaikh Athiyah) tidak menyebutkan dalilnya harus dengan ruas
jari [2]. Yang pasti, menurut beliau, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menghitung dzikirnya dengan jari tangannya, sebagaimana
disebutkan oleh Abdullah bin Umar, beliau berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ.
"Saya melihat Rasulullah menghitung tasbih (dzikirnya); Ibnu Qudamah mengatakan dengan tangan kanannya". [3]
Saat sekarang ini, kita sering melihat -khususnya selesai shalat-, orang
menghitung dzikirnya dengan menggunakan alat tasbih, yaitu semacam
biji-bijian terbuat dari kayu, tulang atau lainnya yang dirangkai dengan
benang atau tali, yang jumlahnya biasanya seratus biji. Orang Arab
menyebutnya subhah, misbahah, tasaabih, nizaam, atau alat. Sementara
orang-orang sufi menyebutnya al mudzakkirah billah (pengingat kepada
Allah), raabitatul qulub (pengikat hati), hablul washl atau sauth asy
syaithan (cambuk syaitan). Karena dzikir merupakan bagian dari ibadah
atau dianggap sebagai ibadah, maka kita harus mengetahui hukumnya, agar
benar dalam mengamalkannya. Bagaimana hukum menggunakan alat-alat
tersebut?
Subscribe to:
Posts (Atom)